Kota ini telah mengalami berbagai perluasan dan perubahan, terutama setelah tahun 1967. Perubahan ini mengukuhkan batas-batas kotamadya hingga mencakup wilayah yang lebih luas.
Kini, batas tersebut membentang dari Bandara Atarot di utara hingga hampir mencapai Betlehem di selatan. Serta dari Gunung Scopus dan Gunung Zaitun di timur hingga Gunung Herzl dan Ein Karem di barat.
Kota Tua Yerusalem, dengan luas sekitar 900 meter di setiap sisinya, telah dihuni selama hampir 5.000 tahun. Bentuknya yang berbenteng mencerminkan karakter kota Timur Tengah klasik.
Bagian paling menonjol dari Kota Tua adalah Gunung Bait Suci, yang dalam tradisi Yahudi disebut Har Ha-Bayit, tempat berdirinya Kuil Pertama dan Kedua. Bagi umat Islam, area ini dikenal sebagai Al-Ḥaram al-Sharīf, rumah bagi Kubah Batu, Masjid Al-Aqsa, serta berbagai struktur suci lainnya.
Selain pusat-pusat ibadah, Kota Tua juga dihiasi dengan masjid, madrasah, gereja, biara, rumah sakit, sinagoga, dan yeshiva. Pasar tiga berkubah yang berusia berabad-abad, serta jaringan jalan sempit yang mengarah ke Bukit Bait Suci menggambarkan kesibukan ekonomi dan kehidupan masyarakat setempat.
Murianews, Kudus – Yerusalem, kota yang memiliki nilai historis dan religius mendalam. Dalam tata letak kotanya menampilkan bentuk warisan sejarah selama ribuan tahun.
Kota ini telah mengalami berbagai perluasan dan perubahan, terutama setelah tahun 1967. Perubahan ini mengukuhkan batas-batas kotamadya hingga mencakup wilayah yang lebih luas.
Kini, batas tersebut membentang dari Bandara Atarot di utara hingga hampir mencapai Betlehem di selatan. Serta dari Gunung Scopus dan Gunung Zaitun di timur hingga Gunung Herzl dan Ein Karem di barat.
Kota Tua Yerusalem: Pusat Sejarah dan Keagamaan
Kota Tua Yerusalem, dengan luas sekitar 900 meter di setiap sisinya, telah dihuni selama hampir 5.000 tahun. Bentuknya yang berbenteng mencerminkan karakter kota Timur Tengah klasik.
Bagian paling menonjol dari Kota Tua adalah Gunung Bait Suci, yang dalam tradisi Yahudi disebut Har Ha-Bayit, tempat berdirinya Kuil Pertama dan Kedua. Bagi umat Islam, area ini dikenal sebagai Al-Ḥaram al-Sharīf, rumah bagi Kubah Batu, Masjid Al-Aqsa, serta berbagai struktur suci lainnya.
Selain pusat-pusat ibadah, Kota Tua juga dihiasi dengan masjid, madrasah, gereja, biara, rumah sakit, sinagoga, dan yeshiva. Pasar tiga berkubah yang berusia berabad-abad, serta jaringan jalan sempit yang mengarah ke Bukit Bait Suci menggambarkan kesibukan ekonomi dan kehidupan masyarakat setempat.
Kota Baru...
Ekspansi Kota Baru Yerusalem dan Perkembangan Permukiman
Perkembangan Yerusalem modern dimulai sejak 1860-an, ketika lingkungan baru mulai muncul di luar tembok Kota Tua. Lingkungan Yahudi awal tumbuh sejajar dengan pemukiman non-Yahudi yang didorong oleh semangat keagamaan dan nasionalisme.
Beberapa bangunan dari komunitas awal yang masih bertahan atau direkonstruksi di Yerusalem ada beberapa yang terkenal. Diantaranya Mishkenot Sha ananim dan Yemin Moshe, yang terkenal dengan kincir anginnya yang ikonik.
Kemudian Bukharan Quarter dan Meʾa She arim, yang merupakan pusat komunitas Yahudi Ortodoks dengan banyak sinagoga kecil dan yeshiva. Lalu Maḥane Yehuda, kawasan pasar yang dihuni terutama oleh Yahudi keturunan Afrika Utara dan Timur Tengah.
Pada periode antara Perang Dunia I dan II, muncul pemukiman baru seperti Reḥavya, Talpiyyot, dan Kiryat Moshe. Sementara itu, kampus Universitas Ibrani di Gunung Scopus sempat menjadi eksklaf Israel di sektor Yordania hingga dibangun kembali setelah Perang Enam Hari tahun 1967.
Beberapa kawasan Arab, seperti Talbieh dan Katamon (Gonen), yang penduduknya mengungsi akibat konflik 1947-1948, kini menjadi bagian dari komunitas Yahudi. Ribuan rumah juga dibangun bagi imigran Yahudi baru di distrik barat kota.
Perumahan dan Infrastruktur Modern
Yerusalem memiliki keragaman perumahan, dari bangunan kuno berbatu di Kota Tua hingga lingkungan modern dengan jalan-jalan yang dipenuhi pepohonan. Perumahan juga mencerminkan perbedaan demografi, dengan kepadatan penduduk yang lebih tinggi di wilayah Arab (sekitar 1,9 orang per kamar) dibandingkan dengan wilayah Yahudi (sekitar 1 orang per kamar).
Sejak 1967, pembangunan besar-besaran terjadi di wilayah selatan, timur, dan utara kota untuk mengakomodasi penduduk Yahudi. Namun, pembangunan perumahan bagi komunitas Arab di dalam kota sangat terbatas, sehingga memicu berkembangnya perumahan Arab dalam skala besar di sepanjang jalur menuju Ramallah.
Konflik...
Konflik Yerusalem dan Kontroversi Tata Ruang
Pengembangan permukiman di Yerusalem tidak lepas dari ketegangan geopolitik. Proyek-proyek perumahan Yahudi di wilayah yang juga diklaim oleh Palestina kerap memicu kontroversi dan konfrontasi internasional.
Di sisi lain, keterbatasan pengembangan bagi komunitas Arab semakin memperumit dinamika sosial dan ekonomi di kota ini. Yerusalem adalah kota yang terus berkembang, dengan perpaduan unik antara sejarah dan modernitas.
Dengan tata letak yang mengakomodasi warisan budaya dan agama yang kaya, serta tantangan politik yang terus berlangsung, kota ini tetap menjadi pusat perhatian dunia. Yerusalemn juga tetap menjadi simbol bagi berbagai keyakinan serta identitas.
Selanjutnya Silahkan baca dan klik tautan ini: Arsitektur Yerusalem: Cerminan Sejarah Panjang Peradapan