Wisata ini sengaja diberi embel-embel Purwodadi, kendati sebenarnya sudah masuk di Kecamatan Toroh. Alasannya, agar lebih mudah dikenal masyarakat luar Grobogan yang lebih familiar dengan Kota Purwodadi.
”Dulu ada kerajaan Medhang Kamulan dengan raja keturunan raksasa bernama Prabu Dewata Cengkar, dan ia dikalahkan dan digulingkan oleh Aji Saka. Dari situ melahirkan huruf aksara jawa yang dikenal dengan Ho No Co Ro Ko, dan menjadi leluhur cikal bakal raja-raja kerajaan di Jawa dan Bali,” ujar dia, Kamis (25/9/2025).
Ia menjelaskan, Kerajaan Medhang Kamulan menurutnya berada di Kabupaten Grobogan, tepatnya di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus. Kekuasaan kerajaan disebutnya meliputi Blora, Cepu, Lasem, Bojonegoro, Sragen dan Ngawi.
”Wilayah-wilayah ini menjadi endemik tumbuhnya pohon jati. Pada masa lampau nenek moyang kita membuat rumah tinggalnya dari bahan kayu jati yang kemudian kita kenal dengan rumah Joglo,” bebernya.
”Candi Joglo awalnya ini sanggar seni dan budaya masyarakat Grobogan, jadi wadah untuk para seniman dan seniwati untuk mengembangkan bakat,” kata dia.
Murianews, Grobogan – Candi Joglo Purwodadi di Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menjadi salah satu wisata yang menarik dikunjungi. Wisata ini menggabungkan budaya Jawa dan Bali.
Wisata ini sengaja diberi embel-embel Purwodadi, kendati sebenarnya sudah masuk di Kecamatan Toroh. Alasannya, agar lebih mudah dikenal masyarakat luar Grobogan yang lebih familiar dengan Kota Purwodadi.
Pemilik Candi Joglo Purwodadi, Muhadi menjelaskan, inspirasi wisatanya itu berakar dari sejarah bahwa kerajaan Jawa dan Bali memiliki leluhur yang sama. Menurutnya, kerajaan di Jawa dan Bali terkait dengan kisah Aji Saka.
”Dulu ada kerajaan Medhang Kamulan dengan raja keturunan raksasa bernama Prabu Dewata Cengkar, dan ia dikalahkan dan digulingkan oleh Aji Saka. Dari situ melahirkan huruf aksara jawa yang dikenal dengan Ho No Co Ro Ko, dan menjadi leluhur cikal bakal raja-raja kerajaan di Jawa dan Bali,” ujar dia, Kamis (25/9/2025).
Ia menjelaskan, Kerajaan Medhang Kamulan menurutnya berada di Kabupaten Grobogan, tepatnya di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus. Kekuasaan kerajaan disebutnya meliputi Blora, Cepu, Lasem, Bojonegoro, Sragen dan Ngawi.
”Wilayah-wilayah ini menjadi endemik tumbuhnya pohon jati. Pada masa lampau nenek moyang kita membuat rumah tinggalnya dari bahan kayu jati yang kemudian kita kenal dengan rumah Joglo,” bebernya.
Berpijak dari sejarah itulah, kata dia, Candi Joglo ingin mengangkat kembali sejarah peradapan Jawa kuno yang mulai pudar. Ia ingin memadukan kembali sejarah budaya Jawa dan Bali seperti di era masa kerajaan Medhang Kamulan Grobogan.
”Candi Joglo awalnya ini sanggar seni dan budaya masyarakat Grobogan, jadi wadah untuk para seniman dan seniwati untuk mengembangkan bakat,” kata dia.
Pusat edukasi seni...
Muhadi mengatakan, hingga kini Candi Joglo menjadi pusat edukasi seni dan budaya sekaligus menjadi wadah para seniman untuk berkarya dan mengembangkan potensinya.
”Seiring berjalannya waktu, Candi Joglo menjadi satu-satunya destinasi wisata seni dan budaya di Grobogan. Candi Joglo, menurut saya ya galeri seni yang bernuansa Bali Jawa,” bebernya.
Hal itu, kata dia menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik lokal maupun luar kota. Bahkan, lanjutnya, ada beberapa turis mancanegara yang datang dan terkesan dengan pesona Candi Joglo.
”Perpaduan rumah Joglo dan ornamen Bali ini unik dan sekaligus pengunjung bisa memperoleh edukasi tentang seni dan budaya,” katanya.
Di Candi Joglo, pengunjung dapat menemui lingga yoni, galeri keris, seperangkat gamelan, batik, galeri omah pawon, galeri wayang kulit, peralatan pertanian tradisional seperti lesung, brujul, garu.
”Ada juga barong dan Leak Bali, kemudian kami ada juga panggung pementasan,” katanya.
Muhadi mengatakan, di wisatanya tidak ada tiket masuk. Pengunjung dikenakan tarif sewa kain poleng dan asesoris bali sebagai tanda masuk. Kain poleng, kata dia yakni kain bermotif kotak hitam putih dengan makna perlambang sifat manusia, baik dan buruk.
”Kami punya paket-paket. Paket pertama sebesar Rp 20 ribu dengan fasilitas sewa kain poleng, asesoris, dan free foto 4R. Paket kedua sebesar Rp 35 ribu ada tambahan menyaksikan pentas tari, dan paket ketiga Rp 50 ribu dengan bonus menu makan pecel,” bebernya.
Editor: Cholis Anwar