Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Indonesia dikenal punya beragam destinasi wisata yang lengkap. Termasuk di antaranya adalah kawasan geopark yang terdapat di sejumlah daerah.

Secara konsep geopark adalah kawasan yang memiliki unsur geologi terkemuka, di mana masyarakat setempat juga berperan serta melindungi warisan alam tersebut. UNESCO sendiri memberikan penghargaan khusus bagi beberapa geopark terbaik di seluruh dunia dengan gelar UNESCO Global Geoparks (UGG).

Apresiasi tinggi ini sangat wajar diberikan mengingat geopark merupakan lokasi strategis untuk pariwisata. Terlebih berwisata ke geopark memberikan banyak manfaat mulai dari wisata edukasi, alam, hingga budaya dalam satu destinasi wisata.

Pengembangan geopark sama halnya dengan mengembangkan aspek ilmu pengetahuan di Indonesia. Pasalnya, geopark sering kali menjadi lokasi untuk penelitian geologi hingga flora dan fauna.

Pada tahun 2003 ada empat geopark di Indonesia yang telah dinobatkan sebagai UNESCO Global Geoparks. Hal ini berdasarkan putusan Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris.

Diharapkan, penetapan empat geopark Indonesia dalam jaringan UNESCO Global Geopark menjadi ”senjata” untuk memperkuat pengembangan pariwisata Indonesia.

Sebelumnya, sudah ada enam geopark di Indonesia yang masuk dalam jaringan UNESCO Global Geopark. Yakni, Geopark Batur (2012), Geopark Gunung Sewu (2015), Gunung Rinjani (2018), Geopark Ciletuh (2018), Geopark Belitung (2020), dan Kaldera Danau Toba (2020). 

Lantas, apa saja 4 geopark terbaru di Indonesia yang berhasil masuk dalam jaringan UNESCO Global Geopark? Berikut daftarnya, dilansir dari laman Kemenparekraf, Selasa (15/8/2023).

Ijen Geopark

Terletak di Jawa Timur, Ijen menjadi salah satu geopark di Indonesia yang masuk dalam daftar UNESCO Global Geopark. Daya tarik geopark Ijen adalah keunikan pada geologi, biologi, budaya, serta fenomena alam blue fire di kawasan Gunung Ijen yang telah mendunia.

Geopark yang secara administratif terletak di dua wilayah, yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso ini memiliki danau paling asam di dunia. Ditambah lagi, geopark Ijen memiliki 14 jenis flora, 27 jenis fauna, serta 6 jenis mamalia.

Maros Pangkep Geopark

Selanjutnya adalah geopark Maros Pangkep di Sulawesi Selatan. Geopark Maros Pangkep memiliki lanskap kelas dunia dengan tipe tower karst, yang menjulang tinggi dan tersusun dari bebatuan gamping yang khas.

Keunikan Geopark Maros Pangkep bukan sekadar memiliki lanskap karst kelas dunia. Geopark yang juga dikenal sebagai kawasan karst terbesar ke-2 di dunia, setelah Cina Selatan, memiliki flora dan fauna serta nilai-nilai ilmiah dan sosial budaya yang tinggi.

Keunikan lain dari UNESCO Global Geopark Maros Pangkep ini adalah ratusan gua yang pernah menjadi tempat tinggal manusia prasejarah. Bahkan, gua-gua yang menjadi “rumah” bagi jutaan spesies kupu-kupu.

Merangin Jambi Geopark

Geopark di Indonesia yang masuk dalam jaringan UNESCO Global Geopark lainnya adalah Geopark Merangin. Salah satu keunikan dari Geopark Merangin adalah terdapat fosil flora Jambi. Hal ini dibuktikan dari adanya fosil tanaman yang ditemukan pada sebagian formasi batuan yang diperkirakan sudah ada sejak 296 juta tahun silam.

Jenis fosil flora yang ditemukan di Geopark Merangin Jambi bermacam-macam. Mulai dari lumut, tumbuhan runjung primitif, dan pakis yang bereproduksi melalui penyebaran biji. Selain itu, situs purbakala ini juga dinobatkan sebagai salah satu spot rafting terbaik. Pasalnya, wisatawan berkesempatan untuk mengarungi Sungai Batang Merangin sambil melihat fosil di beberapa tempat pemberhentian.

Raja Ampat Geopark

Satu lagi UNESCO Global Geopark terbaru di Indonesia, yakni Raja Ampat. Geopark Raja Ampat memiliki gugusan kepulauan karst yang diperkirakan sudah berusia sekitar 439 juta tahun, yang terletak di Pulau Misool.

Beragam ekosistem laut turut menjadi salah satu alasan mengapa Raja Ampat layak ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark. Pasalnya, sampai saat ini Geopark Raja Ampat menjadi habitat bagi berbagai jenis satwa dan tumbuhan endemik yang tidak bisa ditemukan di belahan Bumi manapun.

Komentar

Travel Terkini