Setibanya di pelataran goa, pengunjung disuguhi pertunjukan tari gambyong, semarangan, dan tari wanara yang menggambarkan kehidupan monyet.
Usai doa bersama, gunungan kemudian dibagikan pada pengunjung. Sementara, gunungan buah dibagikan pada monyet yang memang diperuntukkan pada mereka.
Ritual ini sarat makna sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan sekaligus wujud komitmen masyarakat dalam menjaga keseimbangan alam.
Kini, Sesaji Rewanda tidak hanya menjadi tradisi budaya, tetapi juga berkembang sebagai atraksi wisata unggulan yang menunjukkan keunikan tradisi lebaran di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang.
Murianews, Semarang – Salah satu tradisi yang cukup dikenal di Kota Semarang, Jawa Tengah, yakni Sesaji Rewanda. Tradisi ini digelar di Goa Kreo, kampung Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Gunung Pati.
Menurut laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Sesaji Rewanda diselenggarakan dengan memberi makan pada para monyet di Goa Kreo.
Tradisi ini diselenggarakan setiap tahunnya. Biasanya digelar pada 1 Syawal .
Sesaji Rewanda ini menjadi bukti harmonisnya akulturasi antara budaya Jawa, nilai-nilai Islam, dan kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan alam.
Melansir dari Liputan6.com, tradisi ini konon berawal dari kisa perjalanan Sunan Kalijaga yang singgah di Goa Kreo. Diceritakan, saat mencari kayu jati untuk pembangunan Masjid Demak, Sunan Kalijaga mendapat bantuan dari kawanan monyet penghuni Goa Kreo.
Sebagai bentuk rasa terima kasih, Sunan Kalijaga kemudian berpesan pada warga setempat untuk menjaga hubungan baik dengan para monyet.
Setiap tanggal 1 Syawal, masyarakat Kandri menyelenggarakan arak-arakan empat gunungan sejauh 800 meter menuju Goa Kreo.
Gunungan yang dibawa itu berbeda-beda isinya. Ada buah-buahan, hingga nasi golong yang dikhususkan untuk monyet penghuni Goa Kreo.
Prosesi itu diawali dengan barisan empat orang berkostum monyet yang melambangkan pemimpin kawanan monyet di masa Sunan Kalijaga.
Berbagi Makanan...

Mereka kemudian diikuti pembawa replika batang kayu jati bersejarah, rombongan pembawa gunungan, dan para penari.
Setibanya di pelataran goa, pengunjung disuguhi pertunjukan tari gambyong, semarangan, dan tari wanara yang menggambarkan kehidupan monyet.
Usai doa bersama, gunungan kemudian dibagikan pada pengunjung. Sementara, gunungan buah dibagikan pada monyet yang memang diperuntukkan pada mereka.
Ritual ini sarat makna sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan sekaligus wujud komitmen masyarakat dalam menjaga keseimbangan alam.
Kini, Sesaji Rewanda tidak hanya menjadi tradisi budaya, tetapi juga berkembang sebagai atraksi wisata unggulan yang menunjukkan keunikan tradisi lebaran di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang.
