Kamis, 20 November 2025

Murianews, Grobogan – Lumpur di wisata Baby Volcano di Desa Grabagan, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah meluber pada Jumat (22/3/2024) sore efek gempa di perairan Tuban.

Baby Volcano disebut-sebut sebagai ”adik” dari Bleduk Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Begini sejarah tempat tersebut menjadi wisata andalan desa setempat.

Menurut penuturan Kades Grabagan Eko Setyawan, ide menjadikan titik semburan lumpur itu sebagai tempat wisata sudah sejak 2018 lalu. Ide itu, datang dari mahasiswa KKN.

”Lokasi Baby Volcano sendiri diproyeksikan menjadi wisata yang dikelola oleh BUMDes setempat. Rencananya dipadukan dengan program desa. Mau dikelola BUMDes,” kata kades kepada Murianews.com, usai Baby Volcano secara mengejutkan meletupkan lumpur.

Baby Volcano akhirnya diresmikan November 2020. Kemudian, area wisata Baby Volcano makin dipercantik setelah Desa Grabagan memperoleh dana bantuan provinsi (banprov) sebesar Rp 500 juta pada 2023 lalu.

Adapun setiap pengunjung hanya ditarik parkir sebesar Rp 5 ribu. Rata-rata pengunjung datang sekitar 30-50 orang pada Sabtu dan Minggu. Namun demikian, pendapatan dari situ habis untuk operasional.

Tokoh masyarakat setempat bernama Budi Aji (53) menyatakan ada mitos di balik Baby Volcano yang menyemburkan lumpur. Sebagian masyarakat menilai fenomena itu sebagai pertanda buruk, misalnya terjadinya gempa.

Hal itu pernah terjadi saat ada gempa di Yogyakarta pada 2006 lalu. Budi mengatakan, konon, bila terjadi semburan lumpur di Baby Volcano, tidak lama kemudian akan ada bencana di Indonesia.

Dia menyontohkan, saat terjadi gempa di Yogyakarta, beberapa saat sebelumnya juga ada semburan lumpur di situ.

”Tidak berselang lama waktu itu. Malam ada grudo (semburan lumpur, red), terus paginya terjadi gempa Jogja. Saya ingat waktu itu anak saya masih SMP, berniat study tour sampai di (kecamatan) Purwodadi,” kata Budi, Rabu (23/2/2022).

Tidak hanya itu, tambah Budi, beberapa tahun lalu, semburan lumpur di Baby Volcano juga mengalir, namun ke arah timur. Menurut Budi, setelah adanya semburan itu, tak berselang lama ada pandemi Covid-19.

Meski begitu, dia menyebutnya hal itu sebagai ilmu “titen”-nya orang Jawa. Sebab, hal itu hanyalah sebatas mitos atau kepercayaan orang-orang tua. Mengenai percaya atau tidak, bergantung pada pribadi masing-masing.

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Travel Terkini

Terpopuler