Rabu, 19 November 2025

Murianews, Grobogan – Pengembangan wisata lokal di beberapa desa di Grobogan saat ini masih butuh pengembangan. Salah satunya di Desa Plosorejo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah.

Di desa tersebut setidaknya ada dua tempat wisata potensial yang belum dikembangkan. Padahal dua wisata tersebut punya daya tarik.

Hal itulah yang menjadi kesimpulan mahasiswa KKN dari Universitas Boyolali di desa setempat. Mahasiswa yang berasal dari Polres Grobogan itu menyebut, dua destinasi yang memiliki potensi, yakni Sendang Tapak Bimo di Dusun Ngrimpi dan Sumber Eyang Wijoseno di Dusun Ploso.

Pimpinan mahasiswa KKN Aiptu Sofyan Harib mengatakan, wisata-wisata tersebut membuat Desa Plosoharjo layak dinobatkan sebagai desa wisata. Ini lantaran destinasi tersebut memiliki daya tarik yang bisa memikat wisatawan berkunjung. 

”Wisata-wisata itu membuat Desa Plosorejo sebenarnya cukup menarik untuk dikunjungi dan layak dijadikan sebagai salah satu desa wisata,” katanya, Senin (27/11/2023).

Selain pengembangan wisata lokal, kegiatan KKN yang diikuti oleh tujuh personel Polres Grobogan itu juga diharapkan mampu mengangkat Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) setempat.

Kades Plosorejo Pumbang Suryo Yuwono mengatakan, terdapat cerita rakyat di balik Sendang Tapak Bimo. Dahulu kala, Brotoseno atau Werkudara ditugaskan oleh gurunya yang bernama Resi Drono untuk membuat gunung di daerah hutan.

”Saat ini dikenal sebagai hutan Plosorejo sampai dengan Jati Pohon, yang merupakan wilayah hutan Desa Lebak Kecamatan Grobogan. Waktu untuk membuat gunung hanya satu malam dan tidak boleh diketahui oleh satu orang pun,” paparnya. 

Saat malam hari, terdengar suara lesung atau penumbuk padi tradisional sehingga mengganggu konsentrasi Werkudara. Karena suara itu pula, Werkudara mengira bahwa waktu menjelang pagi telah tiba. Dia berhenti agar tidak diketahui oleh orang. 

”Werkudara kemudian beristirahat di area yang sekarang dikenal sebagai Sendang Tapak Bimo,” ujar Pumbang.

Dalam peristirahatannya, Werkudara kehausan. Karena tidak ada sumber air, dia menancapkan salah satu jarinya di bagian timur tempat dia beristirahat. Dari bekas jari itulah, munculah sumber mata air yang kemudian digunakan Werkudara untuk minum. 

‘’Oleh warga setempat sampai dengan sekarang dikenal sebagai Sumur Sendang Tapak Bimo.Sendang tersebut dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mencukupi sebagian dari kebutuhan air hingga saat ini,” ungkap Kades..

Werkudara saat itu juga meninggalkan jejak tapak dan jejak bekas lutut yang dikenal sekarang oleh warga lokal sebagai batu Tapak Bimo dan batu bekas lutut Werkudara. Bekas tapak dan lutut yang membatu tersebut masih ada dan terletak di sebelah barat sumur sendang tapak bimo. 

Sementara itu, Sumber Eyang Wijoseno yang berada di Dusun Ploso dan Desa Plosorejo, merupakan sumur yang berkedalaman sekitar tujuh meter. Pinggirnya terbuat dari kayu dan di sebelah sumur juga terdapat petilasan yang dikenal warga dengan petilasan Eyang Wijoseno.

”Dari Pemerintah Desa sudah mengajukan ke Pemda Grobogan agar tempat tersebut dijadikan sebagai lokasi wisata, namun belum terealisasi,” jelasnya.

Editor: Supriyadi

Komentar

Travel Terkini