Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dikenal punya banyak destinasi wisata menawan. Selain benda bersejarah seperti candi, Klaten juga memiliki destinasi wisata alam yang ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.

Wisata alam di Klaten yang paling dikenal saat ini adalah keberadaan umbul atau mata air alami. Saking banyaknya, Klaten bahkan punya julukan ”Kota 1.001 umbul”.

Salah satu yang paling tenar adalah umbul Ponggok. Selain itu, ada juga umbul Siblarak yang juga direkomendasikan untuk dikunjungi saat liburan ke Klaten.

Baca juga: Mau Liburan ke Kudus, Coba Nikmati Sejuknya Air Pegunungan Desa Rahtawu

Namun, selain wisata ke umbul, ada tempat lainnya lagi yang bisa dikunjungi saat berada di Klaten. Yakni, ke sentra seni lukis payung di Kecamatan Juwiring.

Melansir dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, masih ada tiga desa yang produktif menghasilkan payung lukis di Juwiring. Yakni, Desa Tanjung, Kenaiban, dan Kwarasan.

Potensi pada bidang kepariwisataan ini juga mengangkat citra Juwiring sebagai desa wisata yang mencoba menghidupkan kembali keberadaan seni kriya payung lukis yang sudah turun temurun ditekuni oleh masyarakat namun terhenti ketika krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998.

Tidak sesemarak beberapa tahun silam, sebab kini hanya tinggal beberapa perajin yang terbagai sebagai perajin payung hias dan perajin payung jenazah. Salah satu perajin yang masih eksis dan bertahan hingga kini adalah Pak Ngadi, pemilik kerajinan payung lukis Ngudi Rahayu di dukuh Gumantar, Tanjung, Juwiring.

Sudah lebih dari dua dekade berkecimpung dalam kerajinan payung lukis dengan menggerakkan lebih dari 30 warga sekitar. Namun usahanya kini juga tersendat akibat pandemi Covid-19 hingga berakhir pada pengurangan perajin.

Menjadi wisata edukasi bagi kalangan siswa maupun mahasiswa, kerajinan payung lukis Ngudi Rahayu memberikan kesempatan kepada seluruh pengunjung yang ingin membeli atau sekedar belajar melihat proses pembuatan kerajinan yang mulai langka tergerus masa ini. Berikut adalah langkah-langkah dalam penyelesaian payung lukis.

[caption id="attachment_321076" align="alignnone" width="1890"] Foto: Sejumlah perajin di Juwiring, Klaten sedang mengerjakan produk payung hias (visitjawatengah.jatengprov.go.id)[/caption]

Proses Kerangka Payung

Proses ini dimulai dengan pembuatan bungkul; yaitu bagian dari kerangka payung yang gunanya untuk menggabungkan sanggan (penyangga) dan sodo (kayu batangan menyerupai jeruji kecil, sebagian orang Jawa menyebutnya ruji) agar payung terbuka dengan sempurna.

Alat yang dipergunakan membuat bungkul, yaitu, mesin bubut, gergaji dan uncek (besi lancip untuk melubangi bungkul). Dilanjutkan dengan proses membuat tangkai dan terakhir adalah pemasangan payung yang dimulai dari perakitan bungkul, sodo, sanggan yang dirakit menggunakan benang lawe dan benang nilon sehingga membentuk satu kesatuan.
Pemasangan Kain PayungSetelah semua kerangka terpasang, tahap selanjutnya adalah mayu, dalam bahasa jawa mayoni dapat berarti memberikan atap sebagai peneduh, istilah ini hampir sama dengan pemasangan genteng pada proses pembuatan rumah.Mayu dalam kerajinan payung lukis adalah tahap menempelkan kain pada kerangka payung. Kain terlebih dahulu dipotong melingkar sesuai dengan diameter payung ditambah sedikit untuk merapikan kain. Tahap selanjutnya adalah mlipit yaitu sisa pada bagian ujung kain dilipat kedalam agar kelihatan rapi (merapikan kain).Untuk jenis kain atau bahan tertentu terdapat proses penjemuran agar rekat dan kering sempurna. Setelah tahap ini selesai dapat dilanjutkan pada proses finishing, mempercantik dengan cara diberikan hiasan atau dilukis menggunakan cat.Sebagai orang awam yang mengedapankan gaya hidup praktis dan anti ribet, pernahkah kita bertanya, sebenarnya apa fungsi payung-payung geulis nan menarik mata ini? Banyak sekali!Terlepas dari fungsi utamanya sebagai pelindung panas dan hujan, payung-payung lukis yang tergolong sebagai payung hias ini dapat digunakan sebagai dekorasi (restaurant, tempat wisata, hotel, dan kantor), piranti upacara adat, perlengkapan tari, souvenir dan sebagai aksesoris atau pemanis ruangan.Payung susun satu bisanya digunakan untuk upacara adat manten, payung temu  dan khitanan. Lalu payung susun 2 digunakan untuk hiasan kanan kiri pada acara tertentu seperti mantenan. Susun 5 digunakan untuk ketatanegaraan jaman dahulu (menyibolkan pancasila) dan payung susun 9 untuk keraton saat upacara tertentu.Apapun motif yang mendasari, sebagai hiasan maupun fungsional untuk payungan (melindungi panas dan hujan), yang jelas Juwiring membuka pintu lebar-lebar untuk dikenali lebih dalam.Baca juga: Wisata Umbul Pelem Klaten, Nikmati Segarnya Berenang di Mata Air AlamiMasih serupa, namun ada beberapa ciri pembeda dengan daerah tertentu. Umumnya (jika tidak dibuat sesuai kehendak pemesan) perbedaan terletak pada bentuk rangka. Ujung kerangka payung Tasikmalaya mempunyai ujung lurus, Bali mempunyai ujung lengkung dan Klaten mempunyai ujung setengah lengkung.  Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: visitjawatengah.jatengprov.go.id

Baca Juga

Komentar

Travel Terkini

Terpopuler