Di Brunei Jarang Orang Pencet Klakson Mobil
Budi Santoso
Jumat, 16 Juni 2023 07:50:08
Salah satunya seperti yang terlihat di Pekan Tutong, Ibu Kota Distrik Tutong, Brunei Darussalam. Seorang pekerja migran asal Jambi, Indonesia, Dian Nurdin memberikan kesaksiannya soal tertibnya warga Brunei.
Nurdin mengalaminya sendiri lantaran sudah bekerja sebagai sopir bus di Tutong selama 8 tahun. Cara berlalu lintas masyarakat Brunei sudah ia khatamkan.
Baca: Jadi Venue Kejuaraan, Tutong Sports Complex Modern dan TerawatNurdin mengaku, mulanya agak kikuk dan bingung melihat kebiasaan berkendara masyarakat Brunei. Sebab hampir berbeda dengan sikap orang Indonesia saat bekendara.
Orang Brunei menurutnya sangat berhat-hati saat mengendarai mobil di jalan raya. Mereka benar-benar menerapkan aturan lalu lintas yang ditetapkan pihak kerajaan.
Batasan soal kecepatan yang rambu-rambunya di pasang di pinggir-pinggir jalan utama, mereka amalkan dengan sungguh-sungguh. Jika di sana tertera angka 50 km/jam, maka mereka tidak akan melampauinya.
Kecepatan mobil yang mereka kendarai tetap akan terjaga tidak sampai melebihi batas yang diperkenankan. Bahkan saat kondisi jalan sepi sekalipun, mereka tidak akan berani melebihi batasan kecepatannya.
”Memang seperti itu. Awalnya saya juga bingung. Tapi lama-lama saya bisa menyesuaikan juga. Jadi ikut-ikutan tertib saya,” ujar Nurdin sambil tertawa.
Kesabaran dalam berkendara juga menjadi salah satu ciri kas masyarakat di Brunei. Dikatakan oleh Nurdin, orang di Brunei sangat jarang yang memencet klakson saat mengendarai mobil.Memencet klakson bagi orang Brunei dianggap sebagai sebuah sikap marah yang tak terperi. Sehingga kebisingan jalan raya seperti di pulau Jawa karena klakson kendaraan, tidak terjadi di Brunei.Jalan raya di Brunei yang sepi oleh kendaraan, pada akhirnya menjadi seperti sunyi, saat tidak ada bunyi klakson yang dipencet. Nurdin juga mengaku menjadi saksi tentang hal ini.”Kalau orang Brunei mencet klakson, itu artinya orang yang mencet ini dalam kondisi marah sekali. Kalau sudah mencet klakson, bisa-bisa membikin tersinggung orang lain kalau di sini,” jelas Nurdin.Ada cara lain yang dilakukan orang Brunei untuk menghindari klakson menjerit di jalanan. Menurut Nurdin, biasanya orang akan menggunakan lampu depan mobilnya.Dengan mengirimkan sinyal kedipan lampu depan mobil, pengendara mobil di Brunei menjadi lebih saling memahami. Bahasa isyarat menggunakan kejapan lampu inilah yang menggantikan fungsi klakson.”Misalnya kita mau minta diberi kesempatan jalan, biasanya kita gunakan isyarat lampu. ’Byar-byar’, mobil dari arah depan biasanya akan
ngasih jalan. Tidak pakai klakson,” jelas Nurdin.

Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Tutong – Masyarakat Brunei dikenal memiliki sikap taat. Salah satunya saat berkendara di jalan raya. Mereka begitu sabar dan santun saat mengendarai mobil di jalanan.
Salah satunya seperti yang terlihat di Pekan Tutong, Ibu Kota Distrik Tutong, Brunei Darussalam. Seorang pekerja migran asal Jambi, Indonesia, Dian Nurdin memberikan kesaksiannya soal tertibnya warga Brunei.
Nurdin mengalaminya sendiri lantaran sudah bekerja sebagai sopir bus di Tutong selama 8 tahun. Cara berlalu lintas masyarakat Brunei sudah ia khatamkan.
Baca: Jadi Venue Kejuaraan, Tutong Sports Complex Modern dan Terawat
Nurdin mengaku, mulanya agak kikuk dan bingung melihat kebiasaan berkendara masyarakat Brunei. Sebab hampir berbeda dengan sikap orang Indonesia saat bekendara.
Orang Brunei menurutnya sangat berhat-hati saat mengendarai mobil di jalan raya. Mereka benar-benar menerapkan aturan lalu lintas yang ditetapkan pihak kerajaan.
Batasan soal kecepatan yang rambu-rambunya di pasang di pinggir-pinggir jalan utama, mereka amalkan dengan sungguh-sungguh. Jika di sana tertera angka 50 km/jam, maka mereka tidak akan melampauinya.
Kecepatan mobil yang mereka kendarai tetap akan terjaga tidak sampai melebihi batas yang diperkenankan. Bahkan saat kondisi jalan sepi sekalipun, mereka tidak akan berani melebihi batasan kecepatannya.
”Memang seperti itu. Awalnya saya juga bingung. Tapi lama-lama saya bisa menyesuaikan juga. Jadi ikut-ikutan tertib saya,” ujar Nurdin sambil tertawa.
Kesabaran dalam berkendara juga menjadi salah satu ciri kas masyarakat di Brunei. Dikatakan oleh Nurdin, orang di Brunei sangat jarang yang memencet klakson saat mengendarai mobil.
Memencet klakson bagi orang Brunei dianggap sebagai sebuah sikap marah yang tak terperi. Sehingga kebisingan jalan raya seperti di pulau Jawa karena klakson kendaraan, tidak terjadi di Brunei.
Jalan raya di Brunei yang sepi oleh kendaraan, pada akhirnya menjadi seperti sunyi, saat tidak ada bunyi klakson yang dipencet. Nurdin juga mengaku menjadi saksi tentang hal ini.
”Kalau orang Brunei mencet klakson, itu artinya orang yang mencet ini dalam kondisi marah sekali. Kalau sudah mencet klakson, bisa-bisa membikin tersinggung orang lain kalau di sini,” jelas Nurdin.
Ada cara lain yang dilakukan orang Brunei untuk menghindari klakson menjerit di jalanan. Menurut Nurdin, biasanya orang akan menggunakan lampu depan mobilnya.
Dengan mengirimkan sinyal kedipan lampu depan mobil, pengendara mobil di Brunei menjadi lebih saling memahami. Bahasa isyarat menggunakan kejapan lampu inilah yang menggantikan fungsi klakson.
”Misalnya kita mau minta diberi kesempatan jalan, biasanya kita gunakan isyarat lampu. ’Byar-byar’, mobil dari arah depan biasanya akan
ngasih jalan. Tidak pakai klakson,” jelas Nurdin.

Editor: Zulkifli Fahmi